MAN Lima Puluh Kota adalah satu – satu Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Lima puluh Kota Sumatera Barat. Madrasah ini terletak sekitar 18 kilometer dari pusat Kabupaten Tanjung Pati. Berada di daerah pelosok jauh dari keramaian namun semangatnya untuk tumbuh dan berkembang seperti madrasah lainnya tidak pernah kalah, apalagi dalam menggiatkan literasi pada peserta didiknya.
Gerakan Literasi Siswa (Gelisah) di madrasah ini sudah mulai dilancarkan beberapa bulan terakhir. Berawal dari penulis sendiri sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis berpikir untuk mengerakkan literasi di madrasah tentunya harus dimulai dari gurunya lebih dahulu, selanjutnya baru pada diri siswa. Hal ini disambut baik oleh pihak madrasah buktinya kepala MAN Lima Puluh Kota Bapak Intan Marajo mendukung secara penuh dengan cara memfasilitasi guru dan siswanya untuk ikut pelatihan sagu sabu dan sasis sabu di MWC (Mediaguru Writing Camp) XVIII KPPL Kemenag Sumbar pada 22-24 Maret 2019 lalu.
Sejak mengikuti pelatihan tersebut penulis merasa lebih percaya diri untuk mengerakkan literasi di kalangan peserta didik. Ditambah dengan lahirnya buku berISBN penulis sendiri yang diterbitkan oleh mediaguru. Akhirnya dengan langkah mulus penulis mampu meyakinkan bahwa gerakan literasi itu sangat penting demi kemajuan madrasah kedepannya apalagi literasi digital di zaman milenial ini. Hampir di setiap pembelajaran Bahasa Indonesia penulis mengalakkan literasi seperti literasi baca tulis, literasi digital termasuk literasi finansial dan literasi lainnya.
Literasi baca tulis adalah salah satu diantara enam literasi sebagai dasar yang perlu dikuasai siswa. Hal ini selalu penulis gerakkan pada masing-masing kelas dan ketika hendak memulai pelajaran. Sebelumnya penulis menugaskan siswa membuat pohon ilmu dan pojok literasi serta mading (majalah dinding) di setiap lokal agar semua siswa membudayakan gemar membaca dan menulis. Lima belas menit awal pelajaran ketika akan dimulai peserta didik ditugaskan terlebih dahulu menuliskan apa yang mereka rasakan dan pikirkan sesudah membaca pohon ilmu atau mading yang sudah tersedia sebelumnya. Mereka dengan santai tanpa paksaan akan menuliskan sesuatu yang mereka lihat, rasakan dan pikirkan dalam berbagai bentuk karya tulis seperti puisi, artikel pendek atau cerpen.
Hasil tulisan mereka pun dipublikasikan di mading kelasnya agar bisa dibaca dan dikomentari oleh rekannya masing-masing. Penulis juga sering meminta beberapa orang siswa untuk membacakan karyanya di depan kelas secara bergantian untuk diberikan apresiasi. Pengalaman ini membuat siswa senang dan pembelajaranpun menarik sehingga tidak membosankan.
Hal seperti itu rutin dilaksanakan guna menggiatkan literasi baca tulis. Tentunya juga sangat berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, agar hidupnya lebih berkualitas dan lebih baik. Sementara zaman semakin canggih dan persaingan semakin ketat serta pergerakan yang cepat maka kompetensi individu sangat dibutuhkan demi bertahan hidup. Sebab membaca adalah kunci untuk mempelajari segala ilmu pengetahuan termasuk informasi dan petunjuk sehari-hari.
Berbeda pada materi membaca puisi, cerpen, dan novel, selain literasi baca tulis penulis juga mengkombinasikan dengan literasi digital dengan cara retako (rekam, tanyang dan komentari). Sesuai dengan pendapat Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), lierasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Dalam hal ini siswa belajar memanfaatkan teknologi digital seperti telepon genggam atau kamera untuk merekam mereka dalam membaca puisi, cerpen atau pun novel.
Kegiatan ini dapat mereka lakukan di rumah atau di luar jam pelajaran sehingga membuka ruang bagi mereka untuk berkreasi dan berinovasi dalam menghasilkan rekaman yang baik. Tentunya kemampuan literasi digital mereka akan teruji dan terasah. Hasil rekaman tersebut kemudian ditayangan disaat jam pelajaran berlangsung, hal ini dapat menambah percaya diri mereka sekaligus juga bisa menilai kemampuan masing-masing. Selanjutnya semua siswa dan guru ikut mengomentari penampilan mereka secara bergantian. Sehingga pembelajaran berlangsung menyenangkan selain itu juga dapat mengefisienkan waktu.
Selanjutnya literasi finansial tidak luput pula penulis gerakkan pada setiap diri siswa. Melalui literasi ini pengetahuan dan kecakapan diri untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat mengambil keputusan yang efektif dalam konteks finansial demi meningkatkan kesejahteraan finansial diri siswa sangat penting. Sehingga setiap individu dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat. Meskipun sebagai guru Bahasa Indonesia literasi finansial ini selalu penulis tanamkan pada setiap diri siswa melalui publikasi karya tulisnya di berbagai media massa dan online.
Caranya setiap karya tulis siswa baik berupa puisi, cerpen, novel, anekdot, artikel atau yang lainnya sesudah diedit bersama oleh siswa dan guru seterusnya di sarankan untuk dikirimkan ke redaksi media massa seperti koran atau majalah. Tentunya karya tulis siswa yang sudah layak menurut penilaian guru. Hasilnya sudah banyak karya tulisan siswa yang dimuat di berbagai media baik lokal ataupun nasional. Setiap karya yang lolos seleksi tentuya ada imbalan berupa honor yang diberikan pada penulis dari redaksi media massa tersebut. Secara tidak langsung literasi finansial siswa sudah melekat pada dirinya. Proses pembelajaran pun akan menyenangkan sehingga mampu membuat literasi berkembang di madrasah.
Penulis : Ernawati, S.S guru MAN Lima Puluh Kota Sumatera Barat. Peserta MWC XVIII KPPL Kemenag Sumbar. Ia guru Madrasah berprestasi tingkat provinsi Sumbar sejak 2014, terakhir tahun 2018 berhasil kembali meraih juara 1, biasa disapa Erna. Beliau aktif sebagai pembina ekstra Bengkel Sastra di MAN Lima Puluh Kota Sumbar. Karyanya banyak di muat di media massa lokal dan nasional seperti di Haluan, Padang ekspres, Horison dan jurnal ilmiah nasional lainnya.